Menu

Sunday, 1 March 2020

STJ2020_012 - JALAN PULANG TUN MAHATHIR MOHAMAD

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: 1 person, smiling, text

JALAN PULANG TUN MAHATHIR MOHAMAD

(Dr. Mahathir bin Mohamad)


Dengan lafaz Bismillah aku memulakan bicara
Manusia hanya punya asa tapi Yang Maha Esa penentu segalanya
Aku mengakui meski hanya semangatku yang lebih kuat dari qudrat
Namun ku gagahi juga demi amanat anak bangsaku yang berdaulat

Anak-anakku ...
Alangkah siksanya kembara beriringan Mughallazah
Bibirku memaksa senyum walau hamis najis berat itu kadang pekat menerjah
Memastikan tangan senantiasa kering agar tiada terpalit noda tika bersentuhan tanpa sengaja
Bersoldadukan pula puak Munafiqin yang keberadaannya selalu dalam keadaan bersiap siaga

Semakin jauh aku berjalan semakin mengecil denai yang aku lalui
Semakin terjal dan semakin sayup pula jurang yang berada di kanan dan kiri
Sudah tibakah waktunya untuk aku berpaling dan kembali ke pangkal jalan
Walaupun itu bermakna aku harus berhadapan dengan semua mereka yang mengekori di belakang

Dalam aku berkira-kira untuk berkalih arah
Semakin ketara terlihat jarum-jarum halus yang digunakan untuk menjarah
Agenda jahat buat mengkotak-katikkan perpaduan bangsa dan kesucian agama
Seperti tak pernah puas mereka menghina Islam, bumiputera dan institusi Raja-raja

Maafkanlah jika terlihat seperti akulah yang telah bersalah merintis jalan derita
Tetapi bukankah telah kamu rasai bagaimana hinanya bila kita kehilangan kuasa
Kini kamu semua telah melihat dengan mata kepalamu segala bukti dan alibi
Biarlah sejarah menyalahkanku asalkan bangsaku tidak merempat di negeri sendiri

Ya Allah Ya Tuhan kami ...
RedhaMu ku pohon buat kesekian kali

Nukilan: Si Takluk Jagat
24 Februari 2020


STJ2020_011 - PETUALANGNYA HELANG

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: bird and text

PETUALANGNYA HELANG


Helang ini kembali mengibaskan sayap
Memerhati mayapada dari puncak petala mihrab
Segala-gala terlihat terang dan jelas
Setara arena angkasa jajahannya meluas

Menyapa tenang komulus nan berarak petang
Membelah laju semilir yang menerjah datang
Tiada berteman berpetualang sendiri
Bersenandung memujuk rawannya hati

Padang menghijau indah terbentang
Permainya bumi menggamit pulang
Lambai daunan menyemarak rindu
Bangsi bidadari mendayu merdu

Cekalkan hati wahai sang helang
Janganlah lagi menoleh ke belakang
Cerminan maya segalanya semu
Terlihat indah ternyata palsu

Di sudut jiwa meriak tanya
Hadirkah bahagia di hujung derita
Atau pun rindu kan kekal begini
Sabarlah kelana sabarlah hati

Nukilan: Si Takluk Jagat
23 Februari 2020