Menu

Friday, 29 March 2019

#STJ2019_085 - JEMPUTLAH PUAN MENJAMAH HIDANG DIKSIKU YANG TIDAK SEBERAPA (Balasan Puisi Khodeok Imoeut)


FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

(Balasan Puisi Khodeok Imoeut)


Image may contain: plant, flower, outdoor and nature

Aku bukan kekata puisi yang bisa kau rajang kau bentuk serut semula jadi tetapi aku hanyalah butir aksara pasi tertinggal di lubuk tak berpenghuni

Aku tak henti menari memijak jingkrak tari pada lembut sinar rembulan berpangkuan engkau Arjuna raja cinta seluruh tubuh dewangga

Aku tak ingin merayumu dengan kekataku,,,atau pula polah majasku,sungguh tiada guna arti diksi tak berharapku...kala tentu saja aku mampu memikat senyummu yang ku kecup bersama gerai hitam kelopak bulan

Tentu kau kan tertawa,saat bilamana teratur langkah kakiku mengayun menuruni anak tangga menujumu nan mengalun ayunan tangan melambai erosi jangkar hatiku

Ku bukan oasis pada kerontang gurun padang pasir akan tetapi sedikit ucapku mampu mengartikan adamu nan sejuk pada pelupuk paling ufuk lalu mengetuk hatiku nan lubuk

Ku bukan permata,jua berlian biru,atau sekedar Jamrud tak bertugu,,maaf Tuan,,,tika bicaraku tak senada langkah iramamu namun ritmaku nan meratna detak jantung benih asmara

Ku hanya ingin memujuk hatiku yang tak bisa diam dari alih pandangmu,,,bila mana rembulan mendung kan ku tandang gemintang guguskan manikam sebagai terang laksana cumbuan malam

Tuan,,,bila tak berkenan ku kan hidangkan selaksa memori berkasih diantara lagu kita yang tak pernah terreboisasi,,,sebab tlah terkikis jentara hati nan klemis

Terakhir kali, Tuan
Inilah pena suaca ku racik dari tetesan awal Mega,,,jua inilah kertas yang kuramu teruntuk penghantar hangat peluk tidurmu,,di awal lena nanti kan ku redupkan kedup kedup syahdu sayap mimpi tuk kau gapai seakan aku ada di hadapmu,pada pertama retina berkelopak rona nan pijar

Loncatan hati:26-03-2019


JEMPUTLAH PUAN MENJAMAH HIDANG DIKSIKU YANG TIDAK SEBERAPA(Balasan Puisi Khodeok Imoeut)


Bukan hanya kekata yang mencerna bait-bait aksara tetapi air tangan hatilah yang menyerikan lorekan puisi hingga memekarkan kudup bunga mimpi yang hadir kesiangan
Dan apa gunanya tajam panah Arjuna kalau busurnya kamu sembunyikan di bawah redup bayangan sinar gemerlapan rembulan yang dihijab mega kelabu semalaman
Begitu juga jika kamu coba tersenyum menggoda dalam limpah kaca neon yang tidak menyala pada sejat kelam malam yang tiada berpurnama dan tiada berkejora
Aku akan gembira kala melihat kamu melangkah datang berlenggang dengan senyum riang tapi aku pasti akan tertawa girang andai hadirmu menatang dulang berisi denyut nadi asmara merah hati yang tertutup rapi
Tidak aku hiraukan tenang oasis di tengah gurun pasir nan tandus dan kontang jikalau kantung yang terikat di belakang kudaku penuh terisi air bersih jernih yang hanya menunggu dituang untuk memuaskan tekak yang kekeringan
Tiada berarti kilau maknikam andai jauhari tidak ahli dalam membezakan asli silau zafaron dengan kerlip kilat serpihan kaca yang juga terlihat bergemerlapan
Biarlah puisi tidak diiringi rima asalkan suluh suci bisa menerangi gersang hati yang bermekaran kudup-kudup anggerik hutan nan menanti masa untuk dinikmati kembangnya
Silakan Puan, jemputlah menjamah dan menikmati hidangan diksiku yang kuramu dengan bumbu beraroma wewangian berulamkan kasih sayang buat mengisi kosongnya perut jiwa yang sedang berkeroncong berdendang kelaparan agar lebih tenang jiwamu tatkala merenung rembulan yang mengambang
Nukilan: Si Takluk Jagat
27 Mac 2019

No comments:

Post a Comment