FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT
SUNYI SI KELANA
Bukannya aku tidak menyedari
Dan bukan juga aku tak memahami
Jangankan sebak goresan rindu dalam torehan bait-bait syair
Bahkan gugurnya dedalu pun sering dibisikkan padaku oleh semilir
Lama dahulu senja jingga pernah memberitahuku suatu rahsia
Tentang bidadari yang selalu meneliti kidung sairku tanpa menunjukkan rupa
Semenjak itu aku mengamati setiap luahan dan balasan komenan
Setelah belasan purnama, aku yakin telahanku tiada lagi kesilapan
Tapi maafkanlah aku wahai sang peri
Ampunkan juga aku wahai dewi dan puteri yang sedang memerhati
Walaupun tampaknya kita merenung riak rindu di danau yang sama
Namun hakikatnya kita memandang pelangi dari dua sudut yang berbeda
Duhai ...
Izinkanlah aku untuk terus merajut aksara
Dengan itu aku masih punya tempat untuk mencurahkan segala rasa
Janganlah pernah mahu tahu sedalam mana lubuk rinduku yang bersarang di sela hati
Kerana takkan terjengkal jemarimu walau panjangnya menjangkau timur ke barat bumi
Tahukah kamu wahai puteri, andai ku sandarkan rasa rindu ini kepada gunung
Nescaya gunung akan rata seperti bumi dari pangkalnya hingga ke hujung
... alahai bidadari, aku bukannya sedang menapak sepi
Tapi diriku sendiri sebenarnya adalah sunyi
Nukilan: Si Takluk Jagat
05 Julai 2019
SETIA PAWANA
Sempurna malam tiada berdegum cahaya di sabik lirihnya pawana nan menerpa
Membesik rasa di kalbu tentang sepinya ranah jiwa kelanaku
menyusuri hari enggan menyapa rindu yang kian menancap lebihi belati
Berung gelisah di hati tanya sipu si pembisik waktu
Mencuba goda kerikil di laluan pawan kuda putih ia miliki
Ku tak terdengar sepi pernah menggoda jiwa
Tak pernah terlupa dengus si pawan pada rerumput hijau tempat ia dan sang Tuan berehat
Hanya ku terdengar Khabar yang terikhwalkan pawana
Dalam debur ombak pun mampu ia bawakan bongkahan mutiara tak tergelat
Ku bertanya pada duduk manisnya kelana yang tersibuk menulisi harinya dengan puisi
Pernahkan kau dapati embun tanpa tetes
Adakah kau jumpai bisik tanpa bunyi
Adapun pula daku pernah tersua gemuruh badai
Jua sesekali riak sang helang menentukan arah pantas
Daku, setia pawana
Pada pundak pengembara
Tuk tunjukkan cerita pada dunia
Dari kisah Mahabharata hingga dilan dan milea
Bila kau tanya lagi Ramayana kisahnya mengapa
Tanyakanlah pada hembus pawana ini
Seberang lautan sana Bayu segara
Membawakan dongeng cerita masa kini
Udara, tempat ku berteduh selama kelanamu
Cumbulah haruman sang bidadari ini
Coba resapinya di kalbu
Bukankah pawana pula yang mengabari
Jiya zaara ashma
Taman hati:05-07-2019
No comments:
Post a Comment