Menu

Monday, 29 July 2019

STJ2019_150 - SUNYI SI KELANA + (BALASAN PUISI DARI Jiya Ashma)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: 1 person, text

SUNYI SI KELANA


Bukannya aku tidak menyedari
Dan bukan juga aku tak memahami
Jangankan sebak goresan rindu dalam torehan bait-bait syair
Bahkan gugurnya dedalu pun sering dibisikkan padaku oleh semilir

Lama dahulu senja jingga pernah memberitahuku suatu rahsia
Tentang bidadari yang selalu meneliti kidung sairku tanpa menunjukkan rupa
Semenjak itu aku mengamati setiap luahan dan balasan komenan
Setelah belasan purnama, aku yakin telahanku tiada lagi kesilapan

Tapi maafkanlah aku wahai sang peri
Ampunkan juga aku wahai dewi dan puteri yang sedang memerhati
Walaupun tampaknya kita merenung riak rindu di danau yang sama
Namun hakikatnya kita memandang pelangi dari dua sudut yang berbeda

Duhai ...
Izinkanlah aku untuk terus merajut aksara 
Dengan itu aku masih punya tempat untuk mencurahkan segala rasa
Janganlah pernah mahu tahu sedalam mana lubuk rinduku yang bersarang di sela hati
Kerana takkan terjengkal jemarimu walau panjangnya menjangkau timur ke barat bumi

Tahukah kamu wahai puteri, andai ku sandarkan rasa rindu ini kepada gunung
Nescaya gunung akan rata seperti bumi dari pangkalnya hingga ke hujung
... alahai bidadari, aku bukannya sedang menapak sepi 
Tapi diriku sendiri sebenarnya adalah sunyi

Nukilan: Si Takluk Jagat
05 Julai 2019

SETIA PAWANA


(Balasan puisi kk Si Takluk Jagat)


Sempurna malam tiada berdegum cahaya di sabik lirihnya pawana nan menerpa

Membesik rasa di kalbu tentang sepinya ranah jiwa kelanaku
menyusuri hari enggan menyapa rindu yang kian menancap lebihi belati
Berung gelisah di hati tanya sipu si pembisik waktu
Mencuba goda kerikil di laluan pawan kuda putih ia miliki

Ku tak terdengar sepi pernah menggoda jiwa
Tak pernah terlupa dengus si pawan pada rerumput hijau tempat ia dan sang Tuan berehat
Hanya ku terdengar Khabar yang terikhwalkan pawana
Dalam debur ombak pun mampu ia bawakan bongkahan mutiara tak tergelat

Ku bertanya pada duduk manisnya kelana yang tersibuk menulisi harinya dengan puisi
Pernahkan kau dapati embun tanpa tetes
Adakah kau jumpai bisik tanpa bunyi
Adapun pula daku pernah tersua gemuruh badai 
Jua sesekali riak sang helang menentukan arah pantas

Daku, setia pawana
Pada pundak pengembara
Tuk tunjukkan cerita pada dunia
Dari kisah Mahabharata hingga dilan dan milea

Bila kau tanya lagi Ramayana kisahnya mengapa
Tanyakanlah pada hembus pawana ini
Seberang lautan sana Bayu segara
Membawakan dongeng cerita masa kini

Udara, tempat ku berteduh selama kelanamu 
Cumbulah haruman sang bidadari ini
Coba resapinya di kalbu
Bukankah pawana pula yang mengabari

Jiya zaara ashma
Taman hati:05-07-2019

No comments:

Post a Comment