Menu

Monday, 29 July 2019

STJ2019_154 - RATAPAN TIGRIS (Balasan Puisi Dian Rahayu)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

(Balasan Puisi Dian Rahayu)

KETIKA ILMU YANG BICARA

Dian r




Ketika Tigris menghitam oleh tinta ilmu yang tercatat di dalam kitab-kitab
Peradaban islam yang diinjak oleh kaum yang menghancurkan
Derap kaki kuda mereka menapak di atas air
Berpijak di atas ilmu-ilmu pengetahuan 
(Alexandria) 
Kita ada di mana saat itu? 

Mendengar sejarah yang melukiskan kebiadaban
Bani Abbasiyah yang hancur
Lebur di kaki orang-orang Mongolia 
Mereka yang berkuasa di atas tanah Arab
Memporandakan kebudayaan
Menjatuhkan martabat
Mayat-mayat cendikiawan, sejarawan, dan para muslim yang bergelimpangan meneriakan kebesaran Tuhan

Aku mendengar jerit itu di dalam pikiran
Mengetuk-ngetuk naluri mengenal sebuah kehancuran
Bangsa besar dalam kekuatan peperangan
Menyerang menghunus senjata mematikan lawan

Jerit tangis sebuah peradaban yang ternoda
Mengalir ilmu di aliran tigris yang berduka
Mewartakan pada semesta tentang sebuah kebiadaban
Lantas menumbuhkan kepercayaan 
Keyakinan tentang kehancuran bangsa Barbar yang tak berilmu
Bahkan tak berTuhan

Membukalah mata yang telah lama tertutup kejahiliyahan
Mata yang tak mengenal kasih
Bahkan mata yang tak mengenal ilmu diri
Selaian intrik perang saling menjatuhkan
Memburu lawan
Menghancurkan tanah rampasan
Mata yang nyaris menguasai separuh dunia
Bertekuk ia dalam Tuhan yang Esa
Melafalkan kalimat-kalimat Tauhid pada diri 
Lalu membawa kedalam negri sendiri
Mengenalkan Allah sebagai sesembahan yang paling hakiki
Menolak kekejaman yang lama mengalir di nadi
Lantas meyakini diri bahwa kekuatan amarah perlu ilmu untuk mengimbangi

Dunia milik yang satu dan akhirat tujuan hidup yang tentu
Mengalir ilmu dalam riak Tigris yang menjadi saksi
Bahwa kebesaran hanya milik Allah dan kemungkaran akan tunduk di kaki para hamba-hamba yang percaya pada kebesarannya

Hancurlah kejayaan dalam kebiadaban oleh ilmu dan peradaban
Tinggal puing-puing kebodohan
Membawa kemiskinan

Mongolia bangsa besar dalam catatan sejarah
Penakluk separuh dunia
Mengimani kemiskinan dalam masa kini
Tertutup kemajuan modernisasi

Pekanbaru
25juni2019

Mongolia atau disebut bangsa Barbar, dahulu merupakan penakluk nyaris separuh dunia, melakukan penjajahan ke negara-negara Asia, Eropa dan Afrika. 

Melakukan penaklukkan ke negara - negara jazirah Arab, hingga ke Alexandria, yang saat itu merupakan daerah tempat bermukimnya para pemikir dan ulama² besar. Ketika melakukan penyerangan mereka menghancurkan perpustakaan terbesar di dunia saat itu, lalu melemparkan buku-buku karangan penulis-penulis besar di zaman itu, sehingga dikabarkan, saat itu air di sungai Tigris menghitam oleh tinta dari buku-buku yang dibuang dan sungai juga menjadi dangkal, sehingga kuda-kuda prajurit Mongolia dapat menyebrangi sungai Tiggris dengan menapak pada buku-buku yang ditenggelamkan. 

Bangsa Mongolia adalah bangsa dengan jiwa prajurit tapi bukan bangsa yang berilmu, sehingga ketika menaklukan Alexandria mereka berakhir dengan kekalahan yang akhirnya dilakukan oleh bangsa Arab. Bahkan banyak dari prajurit Mongolia akhirnya memeluk agama Islam lalu menyebarkannya ke negara mereka. Mongolia banyak melahirkan tentara - tentara tangguh salah satunya adalah Kublai Khan yang pada zaman kerajaan Majapahit menyinggahi bumi Nusantara. 

Sekarang negara itu menjadi negara yang tidak terlalu dikenal, bahkan menjadi negara yang susah payah mengikuti arus modernisasi dunia, tertutup dari perbincangan kemajuan akibat dari separuh penduduknya hidup dalam garis kemiskinan. 

Pekanbaru


RATAPAN TIGRIS


(Balasan Puisi Dian Rahayu)


Wahai srikandi, aku juga mendengar hiruk pikuk jeritan
Dan bayangan dua pihak saling menetak pedang
Terlihat dalam mimpiku arus Sungai Tigris mengalir lesu
Dengan hanyir pekat bau darah yang menyenak disebar bayu

Bencana apakah ini?
Bergelimpangan kepala-kepala yang masih tersarung topi besi
Terlalu tipis tembok antara asa hidup dan panggilan maut
Berteraburan kencing dan airmata yang membentang seluas laut

Sudah patahkah semangatmu wahai singa-singa padang pasir
Tiada bergema lagi suara-suaramu bertasbih dan bertakbir
Kemanakah menghilangnya segala kemuliaan yang kamu agung-agungkan selama ini
Ternyata semuanya sirna seiring memudarnya cahaya keimanan di dalam diri

Dahulu kamu mencari syahidmu dihujung mata pedang lawan
Meyakini bahawa hijab menuju syurgamu hanyalah kematian
Tapi setelah mabuk pandangmu oleh seri kilauan permata dan delima
Maka terpalinglah qiblat jihadmu kepada harta ... bukan lagi untuk agama

Pejamkan matamu dan dengarkan hilai tawa mereka
Yang sedang meraikan kemenangan sambil meneguk arak dan berpesta
Tiadakah ada rasa terkilan di hatimu wahai srikandi
Di sini rupanya pengakhiran empayar hebat yang suatu ketika dulu cukup digeruni

... Bersabarlah Tigris dengan apa yang telah berlaku
Sesungguhnya tiap sesuatu terjadi dengan izinNya
Lambat laun akan hilanglah bau hamis darah itu
Dan airmu yang dicemari hitam tinta itu pasti kan jernih semula

Nukilan: Si Takluk Jagat
08 Julai 2019

No comments:

Post a Comment