FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT
PESAN SANG SENJA JINGGA
PESAN SANG SENJA JINGGA
Aku cuma seorang musafir yang sedang mengembara,
Mengikut langkah kaki membawaku ke mana-mana
Panasnya matahari yang menikam ubun kepala
Dinginnya salju yang membekukan dasar jiwa
Tak ku gentarkan ribut badai yang datang menggila
Tak ku terasa debu kering yang menghembus ke muka
Dia yang ku cari, di mana berada?
Aku berkelana ke tanah tandus yang gersang
Bertemankan angin yang hangat membahang
Sang Suria cuma sejengkal di atas kepala
Panas pasir laksana bara yang menyala
Tanpa air tiada berteman
Ku kuatkan hati terus berjalan
Cuba menyapa awan yang berarak perlahan
Tapi awan sedang sibuk mengumpulkan hujan
Sapaan lembut ku langsung tak dihiraukan
Aku melangkah masuk ke hutan belantara
Bertemankan pohonan dan si mergastua
Melangkahi duri-duri tajam yang berceracak merintangi jalan
Yang bila-bila masa boleh mengguris luka
Menghadapi pacat dan lintah yang sentiasa kelaparan
Yang sentiasa hauskan darah sang pengembara
Ku berikan salam pada akar berjuntaian
Tapi akar-akar cuma diam seribu bahasa
Mungkin setia pada pohon ara atau takut akan cemburunya
Aku menatap ke langit senja
Aku bertanya pada senja jingga
Sudikah dia menemankan aku mengembara
Jadi sahabat buat berkongsi cerita
Dan langit jingga menjawab
Wahai Si Takluk Jagat
Sebenarnya di sisimu sudah ada bidadari yang menemankan
Tapi tak terdengar di telinga dan tak terlihat di pandangan
Dalam diam dia sedang mendengar kau bercerita
Dalam diam dia sedang mengamatii kau berkarya
Teruslah bercerita tentang isi hatimu
Teruslah berkarya dengan puisimu
Lurus sudah jalan yang kau tuju
Nun di hadapan bahagia sedang menunggu
Nukilan: Si Takluk Jagat
Kuala Lumpur
31 Ogos 2018
Aku cuma seorang musafir yang sedang mengembara,
Mengikut langkah kaki membawaku ke mana-mana
Panasnya matahari yang menikam ubun kepala
Dinginnya salju yang membekukan dasar jiwa
Tak ku gentarkan ribut badai yang datang menggila
Tak ku terasa debu kering yang menghembus ke muka
Dia yang ku cari, di mana berada?
Aku berkelana ke tanah tandus yang gersang
Bertemankan angin yang hangat membahang
Sang Suria cuma sejengkal di atas kepala
Panas pasir laksana bara yang menyala
Tanpa air tiada berteman
Ku kuatkan hati terus berjalan
Cuba menyapa awan yang berarak perlahan
Tapi awan sedang sibuk mengumpulkan hujan
Sapaan lembut ku langsung tak dihiraukan
Aku melangkah masuk ke hutan belantara
Bertemankan pohonan dan si mergastua
Melangkahi duri-duri tajam yang berceracak merintangi jalan
Yang bila-bila masa boleh mengguris luka
Menghadapi pacat dan lintah yang sentiasa kelaparan
Yang sentiasa hauskan darah sang pengembara
Ku berikan salam pada akar berjuntaian
Tapi akar-akar cuma diam seribu bahasa
Mungkin setia pada pohon ara atau takut akan cemburunya
Aku menatap ke langit senja
Aku bertanya pada senja jingga
Sudikah dia menemankan aku mengembara
Jadi sahabat buat berkongsi cerita
Dan langit jingga menjawab
Wahai Si Takluk Jagat
Sebenarnya di sisimu sudah ada bidadari yang menemankan
Tapi tak terdengar di telinga dan tak terlihat di pandangan
Dalam diam dia sedang mendengar kau bercerita
Dalam diam dia sedang mengamatii kau berkarya
Teruslah bercerita tentang isi hatimu
Teruslah berkarya dengan puisimu
Lurus sudah jalan yang kau tuju
Nun di hadapan bahagia sedang menunggu
Nukilan: Si Takluk Jagat
Kuala Lumpur
31 Ogos 2018
No comments:
Post a Comment