FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT
(Balasan Puisi Amir Debu Alam)
KETIKA LARA PUISI
Ketika Lara puisi merintihkan dukanya pada malam, atas sebuah rindu yang tak tergenggam. Sendunya menghiba melara kasih.
Dalam linangan rawan Ia berkidung syair kasih, buat mengubati lara jiwanya biarpun malam tetap diam mendakap erat keluh kesah para perindu.
Melainkan mimpi-mimpi, malam menaburkan sejuta warna ilusi di bantal lena anak manusia dan merampasnya kembali tika fajar bersorak membangunkan mata siang di ufuk timur.
Akankah lara puisi menemui jejak sang kekasih saat siang memukul gendang riuhnya, melambai-lambai hati manusia agar mengagumi warna-warna bancuhan pesonanya di bingkai maya.
Bagi yang teguh, akan tetap tujuannya
Bagi yang rapuh, pesona godaan tak bisa di tolak kerana ayat pedoman telah renyuk di lantai kealpaan.
Pun begitu malam dan siang terus bertingkah tanpa pedulikan ratap hiba sang perindu atau hilai tawa orang lupa.
Tinta Lidah Kebenaran
Amir Debu Alam
10 Julai 2019
ARUNIKA MUSIM SEMI
(Balasan Puisi Amir Debu Alam)
Malam memang selalu begitu
Bungkam sepinya mendakap erat bisikan bait-bait rindu
Tetap setia mendengarkan rintihan sang penduka menghiba lara
Juga ratapan si pendosa yang takutkan lidah api nan kuat julangnya
Ralib hati bila malam menaburkan jutaan warna ilusi di bantal anak-anak manusia
Fajar pula dengan gendang riuhnya berdansa pesona di bingkai maya
Buat si teguh, takhta di sana lebih di damba berbanding bantal yang dicemari air liur basi
Sambil meyakini bahawa dua rak'at sebelum Subuh itu adalah lebih baik dari dunia dan sekalian isi
Begitu dekat denganNya sewaktu bersujud di bening kelam
Sungguh tenangnya jiwa kala airmata menitis di sepertiga malam
Biarlah kalau mata siang mahu merampas kembali segala mimpi
Asal tak mengganggu ratib namaMu di tiap degup jantung dan getarnya nadi
Telah pernah berakur janji rembulan dan matahari
Dalam bai'at yang jutaan tahun dahulu telah rasmi berlakri
Walau masing-masing terlihat seperti meniti pada paksi yang serupa
Tetap matahari mengungguli siang dan rembulan menjadi lampu pada gelita
Perlahan-lahan remang kelam tetap akan menguntiti pagi
Ada ataupun tiada airmata perindu menangisi sepi
Kalaupun malam tadi lara puisi tidak menemui jejak sang kekasihnya
Cahaya arunika pasti akan memancarkan pesona indah pada awal keesokannya
Nukilan: Si Takluk Jagat
12 Julai 2019
No comments:
Post a Comment