FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT
MEMORI SENJA KELANA
Lihatlah itu, bila cahaya tembaga mulai menghitam
Siang yang kepenatan merebahkan tubuh di dalam dakap kusamnya malam
Langsung tidak menghiraukan si kelana yang sedang bungkam hatinya
Mengesali indahnya jingga hanyalah sementara ... cuma sementara!
Janganlah kelana ... jangan lagi bermuram durja
Berehatlah agar tubuhmu jadi segar dan bertenaga
Esok senja yang sama akan kembali bertandang dan perlahan temaram
Hayatilah indahnya lagi sebelum ianya juga sepenuhnya terbenam
Renunglah, tenunglah sebelum nabastala dirangkul kelam
Puncak pesonanya kala tari dedaunan telah nampak berbalam
Waktu itu pejamkanlah kelopak matamu pula wahai kelana
Dan bayangkan netra sayu itu yang pernah hadir menjinjing cinta
Dahulu berdua merenung dan mengagumi lukisan senja
Kuatnya debar hati bila sesekali tatap mata saling bersua
Bijaknya kamu melarikan lirih itu sambil berpura-pura bergurindam
Tak berkelip merenung swastamita yang semakin lama semakin legam
Mana mungkin dapat kamu sembunyikan rasa itu yang bergayutan rindu dendam
Terlihat di redup anak matamu ketika memandang bebola api yang sedang tenggelam
Subhanallah ... jauhnya aku hanyut dipermainkan minda
Rupanya senja nian jingga telah lama lena di dada gelita
Nukilan: Si Takluk Jagat
16 Ogos 2019
No comments:
Post a Comment