Menu

Friday, 29 March 2019

#STJ2019_087 - MERINDU TANPA RESTU (Balasan Puisi Tyara Aina Osman / SYair Goresan Hati / Pena Jiwa)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

(Balasan Puisi Tyara Aina Osman / SYair Goresan Hati)

No photo description available.

SELIMUT ASMARA



Dari tirai kamar ke menatap sepi
Seluruh alam terasa sunyi 
Perasaan ku kosong tiada erti

Dalam hening malam
Hati sayu jiwa ku karam
Hanya kerinduan yang terpendam

Sepinya kurasakan saat ini
Pabila malam kian meniti
Keresahan semakin mencengkam hati

Tatkala resah membuai rasa
Dinginnya bayu malam membaluti jiwa
Namun kukehilangan selimut asmara

Tak terdaya untuku lupakan 
Walau dalam mimpi ku dambakan
Setiap rayuan rajuk menjadi igauan

Izinkan aku merinduimu selalu
Biarpun cinta kita tiada restu
Hanya kamu pemilik hatiku

Moga suatu hari nanti
Tuhan menyatukan kita itu doaku
Insyaallah Aaminn

PenaJiwa
280319

MERINDU TANPA RESTU

(Balasan Puisi Tyara Aina Osman / SYair Goresan Hati)


Sendiri menatap ke langit sunyi

Pendar purnama terlihat sepi
Sinar gemintang menghilang seri


Terpuruk bening cahaya malam
Umpama biduk nan hampir karam
Rasa rindu kuat merejam

Bayangan silam hadir menari
Resah diri menghitung hari
Kuat meriak di danau hati

Gelisah pilu bermain rasa
Merasuk rindu ke relung jiwa
Menggigil dalam selimut asmara

Ajarkan aku untuk lupakan
Tangisan qalbu mohon redakan
Agar tak sasau dalam igauan

Walaupun hati rindu selalu
Redha pasrah tanpa restu
Memiliki tak semestinya bersatu

Untaian seribu doa ku pilin
BuatMu Ya mujibbas sa'ilin
Amin Ra Yabbal 'alamin

Nukilan: Si Takluk Jagat
29 Mac 2019

#STJ2019_086 - TABAHNYA BETING DAN SETIANYA TEBING

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: ocean, sky, cloud, outdoor, text and nature

TABAHNYA BETING DAN SETIANYA TEBING


Kidung sunyi itu semakin sayup kedengaran
Berirama hiba dibawa hembus sang bayu lautan
Kilau emas lembayung bagaikan turut sama mengerti
Indah sinar jingganya senantiasa menghiburkan laranya hati

Aku sering memandang jauh nun ke seberang sana
Di titik pertemuan tebing langit dan hujung samudera
Kerana di situ akan terlihat redup matamu yang sayu
Tersenyum sambil merenung tepat ke retina mataku

Pasrah aku dengan taqdir yang datang melanda
Akur aku dengan Qadar yang telah terpahat dan tertera
Sejujurnya terlalu hebat rindu yang tersimpan di dada ini
Dan takkan pernah aku memungkiri janji yang pernah sama-sama kita patri

Debur ombak itu seakan tidak jemu menghempas beting
Hangat cahaya sang suria saban hari terik mengelus tebing
Tabahnya beting … sedari dahulu lagi masih tetap bertahan
Setianya tebing … sekalipun tidak pernah merungut kepanasan

Diri ini umpama sebuah bahtera yang sedang dipermainkan pawana
Seringkali aku berfikir adakah gerhana ini akan begini selamanya
Namun aku meredhai apa pun yang telah dituliskan oleh Si Rabbul Izzati
Cuma aku memohon agar rindu ini akan tetap di hati hingga akhir hayatku nanti

Nukilan: Si Takluk Jagat
28 Mac 2019
#STJ2019_086


#STJ2019_085 - JEMPUTLAH PUAN MENJAMAH HIDANG DIKSIKU YANG TIDAK SEBERAPA (Balasan Puisi Khodeok Imoeut)


FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

(Balasan Puisi Khodeok Imoeut)


Image may contain: plant, flower, outdoor and nature

Aku bukan kekata puisi yang bisa kau rajang kau bentuk serut semula jadi tetapi aku hanyalah butir aksara pasi tertinggal di lubuk tak berpenghuni

Aku tak henti menari memijak jingkrak tari pada lembut sinar rembulan berpangkuan engkau Arjuna raja cinta seluruh tubuh dewangga

Aku tak ingin merayumu dengan kekataku,,,atau pula polah majasku,sungguh tiada guna arti diksi tak berharapku...kala tentu saja aku mampu memikat senyummu yang ku kecup bersama gerai hitam kelopak bulan

Tentu kau kan tertawa,saat bilamana teratur langkah kakiku mengayun menuruni anak tangga menujumu nan mengalun ayunan tangan melambai erosi jangkar hatiku

Ku bukan oasis pada kerontang gurun padang pasir akan tetapi sedikit ucapku mampu mengartikan adamu nan sejuk pada pelupuk paling ufuk lalu mengetuk hatiku nan lubuk

Ku bukan permata,jua berlian biru,atau sekedar Jamrud tak bertugu,,maaf Tuan,,,tika bicaraku tak senada langkah iramamu namun ritmaku nan meratna detak jantung benih asmara

Ku hanya ingin memujuk hatiku yang tak bisa diam dari alih pandangmu,,,bila mana rembulan mendung kan ku tandang gemintang guguskan manikam sebagai terang laksana cumbuan malam

Tuan,,,bila tak berkenan ku kan hidangkan selaksa memori berkasih diantara lagu kita yang tak pernah terreboisasi,,,sebab tlah terkikis jentara hati nan klemis

Terakhir kali, Tuan
Inilah pena suaca ku racik dari tetesan awal Mega,,,jua inilah kertas yang kuramu teruntuk penghantar hangat peluk tidurmu,,di awal lena nanti kan ku redupkan kedup kedup syahdu sayap mimpi tuk kau gapai seakan aku ada di hadapmu,pada pertama retina berkelopak rona nan pijar

Loncatan hati:26-03-2019


JEMPUTLAH PUAN MENJAMAH HIDANG DIKSIKU YANG TIDAK SEBERAPA(Balasan Puisi Khodeok Imoeut)


Bukan hanya kekata yang mencerna bait-bait aksara tetapi air tangan hatilah yang menyerikan lorekan puisi hingga memekarkan kudup bunga mimpi yang hadir kesiangan
Dan apa gunanya tajam panah Arjuna kalau busurnya kamu sembunyikan di bawah redup bayangan sinar gemerlapan rembulan yang dihijab mega kelabu semalaman
Begitu juga jika kamu coba tersenyum menggoda dalam limpah kaca neon yang tidak menyala pada sejat kelam malam yang tiada berpurnama dan tiada berkejora
Aku akan gembira kala melihat kamu melangkah datang berlenggang dengan senyum riang tapi aku pasti akan tertawa girang andai hadirmu menatang dulang berisi denyut nadi asmara merah hati yang tertutup rapi
Tidak aku hiraukan tenang oasis di tengah gurun pasir nan tandus dan kontang jikalau kantung yang terikat di belakang kudaku penuh terisi air bersih jernih yang hanya menunggu dituang untuk memuaskan tekak yang kekeringan
Tiada berarti kilau maknikam andai jauhari tidak ahli dalam membezakan asli silau zafaron dengan kerlip kilat serpihan kaca yang juga terlihat bergemerlapan
Biarlah puisi tidak diiringi rima asalkan suluh suci bisa menerangi gersang hati yang bermekaran kudup-kudup anggerik hutan nan menanti masa untuk dinikmati kembangnya
Silakan Puan, jemputlah menjamah dan menikmati hidangan diksiku yang kuramu dengan bumbu beraroma wewangian berulamkan kasih sayang buat mengisi kosongnya perut jiwa yang sedang berkeroncong berdendang kelaparan agar lebih tenang jiwamu tatkala merenung rembulan yang mengambang
Nukilan: Si Takluk Jagat
27 Mac 2019

#STJ2019_084 - ROTI DAN RINDU (Kolaborasi Puisi Bersama Qolby Shafira)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

(Kolaborasi Puisi Bersama Qolby Shafira)

Image may contain: drink, food and text

ROTI DAN RINDU (Kolaborasi Puisi Bersama Qolby Shafira)


Bisikan lirih terasa riuh menggamit kalbu
Sewarna sunyi memayang rindu yang kian merapuh
Duh tuan ... lihatlah lembayung jingga itu kini telah memudar
Dan bebola mentari pun mulai enggan untuk bersinar

Pola senja memohon izin untuk mengundurkan diri
Bagi menyambut indah lajur para gemintang di bimasakti
Malu-malu candra dan sirius menampakkan senyum di cakrawala
Menghidangkan kemilau ilustrasi imaji di kahuripan jagat raya

Biliknya mulai suram tersaput kelam mega
Dan kusam kabut perlahan menyentuh tirai jendela
Begitupun hati yang erat terpeluk dimanja perih
Laksana langit yang tersembab kala gerimis merintih sedih

Tuan ...tolong tanyakan pada indahnya sinar rembulan 
Tentang hati, tentang rindu dan tentang perasaan
Juga tentang bagaimana purnama masih bisa membiaskan cahaya
Walau tanpa teman, tanpa airmata dan tanpa cinta

Rinduku bak anak sungai yang tidak terpendar cahaya tersuci
Kidung sunyi seringkali bersenandung menyayat dinding hati
Tapi aku takut untuk salah mengartikan sebuah rindu
Kerana rindu itu bukanlah seperti sepotong roti yang mampu mengenyangkan perut kosongku

27 Mac 2019

#STJ2019_083 - SETIA SANG AWAN

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: 1 person

SETIA SANG AWAN



Aku teruskan lagi perjalanan
Menyelusuri denai-denai kehidupan
Mengharungi tiap dugaan yang mendatang
Apa yang menanti di hadapan masih kelam ... masih bungkam

Aku membilang tiap hayun langkah kaki
Aku mencongak setiap atur telapak ini
Berbekalkan rasa rindu yang kuat membuak di dada
Sambil jemari menggenggam erat bara cinta yang marak menyala

Sesekali aku akan berhenti untuk melepaskan lelah
Mendongakkan kepala melihat awan yang berarak indah
Di atas sana telah aku pajangkan sebuah potret maya
Yang berbingkaikan ratna dan bertatahkan permata

Aku titipkan pada awan untuk menjaganya, kerana aku tahu
Aku akan selalu dapat melihat senyum itu
Awankan selalu ada walau di mana aku melata
Awankan selalu setia walau ke mana aku berkelana

Puteri ...
Izinkan aku mengabadikan lukisan wajahmu pada awan yang membiru
Tapi bidai rindu ini biarlah hanya aku rentangkan di dalam dadaku
Kelak nanti bila pawana rinduku datang melanda
Aku hanya perlu menoleh ke angkasa dan penaku akan bisa mencoret aksara cinta

Nukilan: Si Takluk Jagat
26 Mac 2019

#STJ2019_082 - RINDU DI PENGHUJUNG MALAM

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: flower, text and nature

RINDU DI PENGHUJUNG MALAM



Mengapa tatap mata itu datang lagi
Dan kenapa hilai tawa itu kembali hadir
Pedihnya ... jika datangnya untuk menoreh semula luka yang sedang menyembuh
Teganya ... kalau hadirnya untuk menimba telaga netra seawal beningnya Subuh

Sayup laungan Azan itu tiba-tiba terdengar begitu pilu
Redup suara muadzin itu serasa menyayat urat-urat jantungku
Walaupun begitu indahnya seruan puja-puji pada Sang Maha Pencipta
Tapi gejolak pesona rasa ini kemanakah harus aku menuangkannya?

Bait demi baitnya terlalu menyentuh hati
Indah madah aksaranya mengejutkan insan yang lena diulit mimpi
Tetapi pagi ini alunannya bukan cuma sekadar menyentuh dan menjarah
Sayu iramanya membuatkan rasa rindu ini seperti dibelah dan dilapah

Jahatnya kenangan lama yang langsung tidak mahu mengasihani
Terusan menyelak gentayangan lembaran silam yang datang silih berganti
Ampunkan aku Ya Allah ... ampunkanlah hambamu 
Tidak mampu khusyu' sujudku dalam rindu dendamku yang menggaru

Cepatlah mentari ... bersegeralah munculmu
Tidak sabar lagi aku mahu melihat kembangnya sakuraku
Telah gugurkah kelopaknya yang kelmarin indah bermekaran?
Atau masih semerbakkah baunya menggamit rama-rama datang berterbangan?

Nukilan: Si Takluk Jagat
25 Mac 2019


Sunday, 24 March 2019

#STJ2019_081 - MIMPI MAYA Puisi Patidusa (4-3-2-1)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: 1 person, text

MIMPI MAYA


Puisi Patidusa (4-3-2-1)


Linimasa
Hanya fatamorgana
Perangkap dunia maya
Pesona syair sang pujangga

Rapi menyusun atur kosakata
Gabungan lima pancaindera
Kirana aksara
Terkesima

Berilusi
Menyentuh hati
Terkurung dalam intonasi
Terlena dalam alunan bangsi

Melukis sapta warna pelangi 
Lintasan kilauan lazuardi
Mendongengkan narasi
Mimpi

Nukilan: Si Takluk Jagat
23 Mac 2019


#STJ2019_080 - TAFAKUR DI ATAS SEJADAH BALDU (Kolaborasi Bersama Ganesha Ziecorzcky Kanwa)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Ganesha Ziecorzcky Kanwa

Image may contain: 1 person, smiling, text

TAFAKUR DI ATAS SEJADAH BALDU




Walaupun aku nampak bahagia dengan bibir mengulas tawa

Tapi babak-babak derita cuma diri ini yang mengetahuinya
Meskipun ketik kamera dapat merakamkan senyuman termanis
Namun kaca lensa tidak mungkin bisa melihat hatiku yang sedang menangis

Dunia yang indah ini hanyalah persinggahan sementara
Umpamanya seperti dermaga tempat berlabuhnya sebuah bahtera
Kelak tiba waktunya nanti pelayaran pasti akan disambung kembali
Dalam kembara menuju suatu destinasi yang lebih kekal dan abadi

Pernahkah kita memperhalusi dari sudut rekayasa ilmihi
Atas tujuan apakah kita dihidupkan di atas muka bumi ini?
Adakah sekadar melengkapkan watak untuk membuktikan eksistensi
Atau pun bahagian dari satu rahsia besar yang kita sendiri pun tidak mahu ambil peduli

Di atas sejadah baldu itulah tempat aku bersimpuh dan bersujud
Berbisik dan mengadu pada Kekasihku tika aku khusyu' bertahajjud
Menggeletar tubuh srikandi ini bila terdengar bisikan halus di telingaku
"Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepadaKu"

Moga esok akan ada lagi sinar sang suria pagi
Kerana malam ini aku cuma mahu lena dan bermimpi
Mimpi tentang Jannah 
Mimpi tentang Allah

Nukilan: Si Takluk Jagat
22 Mac 2019

#STJ2019_079 - EPIK RINDU SI CAMAR (Balasan Puisi Firda Mansyah)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

(Balasan Puisi Firda Mansyah)Image may contain: cloud, sky, bird, text and nature

Nama:Firda Mansyah

Judul:KARUNA
Titimangsa:20032019

_______**********KARUNA*********________



Untaian mayang
Terjurai di cakrawala senja
Lembut indah di telan pandang
Menggoda setiap netra

Arakan senja
Menghalau camar agar segera pulang
Menuju sarang
Melepas lelah dan pulas dalam 
peraduan lena

Sang kelam menyapa
Menyembulkan bulan dan bintang
Kerlip kejora
Merambah keelokan langit yang membentang

Tergugu sendiri
Teringat manjanya karunamu
Aku kau sanjung tinggi dan kita
saling berpagutan kulum
Yang meng ambaukanku ke jurang
cintamu

Kembang puspa merekah
Dan melorekkan semerbak wangi
Beraunya kenanganmu sering datang merambah
Takambang di ufuk sepi

Siluet bayanganmu mewartakan rindu inginkan hadirmu




 EPIK RINDU SI CAMAR 


(Balasan Puisi Firda Mansyah)


Arakan senja di ufuk barat
Dakapan kelam meredup semburat
Hingga terganti malam yang tenang
Penanda berakhirnya epilog siang

Tapi benarkah si camar telah terlena?
Ataupun di sarang masih membulat retina?
Kerana asyik terkenangkan untaian mayang
Yang indah terurai di cakerawala petang

Mungkin juga matanya sedang menatap angkasa
Merenung romantisnya gemerlap kerdip kejora
Sambil hatinya cuba membandingkan
Yang mana lebih indah ... untaian mayang atau pajang rembulan?

Kasihan si camar ... rindunya datang menampar
Lantas epik romansa jutaan gemintang terasa hambar
Syahdan, langsung nalurinya tertanya-tanya
Taqdirkah yang harus dipersalahkan ... atau pagutnya lembayung membangkit KARUNA?

... dalam berteka-teki, kantuk si camar memaksanya memejam netra

Nukilan: Si Takluk Jagat
20 Mac 2019

#STJ2019_078 - SYAIR RUBA'I FANSURI

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: 1 person, text

SYAIR RUBA'I FANSURI



Mengemudi biduk di laut sunyi
Kembara mencari diksi sejati
Pajangkan puisi santapan qolbi
Pahat kalimahKu di lubuk hati

Aksara apakah bekalku nanti?
Tika melangkah ke pintu abadi
Meleburkah diri kala berdua
Menatap nur-Nya di kamar istana

Hamzah Fansuri …
Tuliskan aku syair-syair Ruba’i
Ajarkan aku “Ra’itu rabbi bi ’ainirabbi”
Biar ku lihat Tuhanku dengan mata rahmat Tuhanku
"Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu"

Jangan tawarkan aku kerajaan Sulaiman
Tidak bernafsu aku pada bintang dan rembulan
Tapi tunjukkan aku Zauq dan Kasyaf
Biar aku merasa nikmatnya cinta
Hingga aku mengerti wujud diriKu juga esa

Kekasihku …
Bilakah akukan dipanggil pulang
Luluh hatiku merindu dendam
Melajulah biduk jangan berhenti
Titah firmanKu jangan diingkari

Nukilan: Si Takluk Jagat
20 Mac 2019


#STJ2019_077 - ELANG DAN ALAM

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

Image may contain: bird and text

ELANG DAN ALAM



Ke manakah lagi hendak aku tujui
Apakah harus elang ini teruskan kembara mencari
Atau membiarkan sahaja tubuhku dibawa angin yang bertiup kencang
Mungkin di hujung sana sedang menunggu apa yang dicita-citakan

Sesekali elang ini menoleh ke belakang
Memagut saki baki memori kenangan semalam
Darah dan luka yang menemani derap tapak kaki
Senyum dan tawa yang berpaut di kibasan sayap ini

Sayugia juga mahu diingatkan
Malamku tidak pernah merasa kesunyian 
Alam selalu sudi menjadi temanku yang setia 
Dan tiada sekalipun pepohonan memberi syarat untuk aku bertengger di dahannya

Sebaik meredupnya sinar mentari senja 
Angkasaraya akan mulai melukis cahaya 
Satu demi satu gemintang kelihatan berkerlipan
Hatta terbitnya purnama sebagai satu bentuk penyempurna keindahan

Dan di rimba ini
Elang ini tidak melihat kelam atau merasa sunyi
Terang berlenterakan kerdip sang kunang-kunang
Bahagia disenandungkan nyanyian si riang-riang

Inilah duniaku
Inilah rimbarayaku
Moga aku akan tetap bertahan menghadapi pancaroba dunia yang menerjang keras
Tetap kuat dalam mengharungi badai mayapada yang terkadang menderu ganas

Nukilan: Si Takluk Jagat
20 Mac 2019


#STJ2019_076 - NAIK MARAK MENGERAK CORAK (Balasan Untuk Kidung Mentari Senja)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

(Balasan Untuk Kidung Mentari Senja)

No photo description available.
NAIK MARAK MENGERAK CORAK


Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang

Angin pulang menyeduk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas.

Benang raja mencelup ujung
Naik marak mengerak corak
Elang leka sayap tergulung
dimabuk wama berarak-arak.

Dalam rupa maha sempuma
Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.

 — with

PANTUN NYANYIAN LAUT 

(Balasan Untuk Kidung Mentari Senja)

Sempurna sudah jingga berlindung

Masuk beradu di kamar malam
Kian kelam cahaya lembayung
Kunang-kunang terbang berdatangan

Tiada lagi ombak menggulung

Riuh deburan mendera telinga
Helang raja kembali ke gunung
Anak camar memejam mata

Bersemi indah biasan bulan

Batu-batan berdiri sepi
Walau kukuh karang bertahan
Tiba saat hancurnya pasti

Hajat hati memetik bintang

Semalam mimpi memeluk kejora
Apakan daya taqdir melarang
Pasrah redha dalam nestapa

Nukilan: Si Takluk Jagat

19 Mac 2019

#STJ2019_075 - ANGGUR DI PIALA (Balasan Puisi Kidung Mentari Senja)

FENOMENA PUISI SI TAKLUK JAGAT

(Balasan Puisi Kidung Mentari Senja)

No photo description available.

_____ ðŸ”¹MINUMAN🔹_____



dia...
selalu saja dia...
melangkah tanpa suara di luar jendela,
pun tak ada sisa kerling mata..
kala ku tengok dia dari balik tirai
yang tak bisa kubuka seluruhnya...
..ini gelas yang pertama..

dia...

memang dia...
menyenandungkan romantisme asmara, bergema
hingga dewa dewi tak malu bercinta di kilau rambutnya..
pamerkan aurat yang berkeriput, tumbuhkan takut...
...dan gelas kedua singgah di bibir..

dia...

hanya dia...
yang menuju sumber cahaya
aku bemimpi menjadi bayangnya..
namun, aku hanya pemuda yang gila...
seringkali salah memilah mimpi...
...sudah gelas ketiga !!

dia..

berharap dia...
yang berlalu tanpa kata...
singgah sejenak di pelataran
sekedar kilatkan pedang ataupun teteskan embun
tepat di jidatku ! kusapa, dia menatap langit,
tak kusapa, dia tak mengapa..
...gelas ke empat tandas.

dia..
selalu saja ..memang..hanya..berharap
fatamorgana..ya FATAMORGANA !!

. . .kubanting gelas ke lima !!

.
.
.
pyaarrrr...!!!


ANGGUR DI PIALA


(Balasan Puisi Kidung Mentari Senja)


Gelas pertama disua

Jemari menyelak hujung tabir kekisi jendela
Sambil mengawasi dari sudut kerling mata
Siapa di sana ... gumamnya?


Gelas kedua dipenuhkan
Terlihat alis kiri dan kanan bercantuman
Angguk kepala mengikut rentak irama
Kidung romantisme cuba menggoda asmara

Gelas ketiga menyentuh bibir manja
Mulai memberat kedua kelopak netra
Ethanol fermentasi menjajah minda
Nafsu mula menguasai fikirannya

Gelas keempat langsung diisi
Hampir hilang jati diri
Terbahak-bahak Azazil yang derhaka
Sudah punya teman dibakar di neraka

Gelas kelima dipenuhkan
Arakian melintas cahaya bergemerlapan
Prangggg ... derai kaca kedengaran
Dibanting dengan jurus iman

Pemuda ...
Dengan anggur murahan jangan terpedaya
Itu ibu segala dosa ... punca segala noda
Nah ... aku hulurkan anggur dalam piala
Cobalah ... moga bisa kamu ketemu wujudnya DIA

Nukilan: Si Takluk Jagat
19 Mac 2019